Cahaya Maulid Nabi Muhammad SAW

Cahaya Maulid Nabi Muhammad SAW


Dalam gemuruh angin malam
Tersiar cahaya tanpa kelam
Pada hari yang penuh salam
Terlahir insan dengan akhlak dalam

Wahai Rasul pembawa petunjuk,
Dalam naungan kasih yang syahdu
Cahayamu tak pernah redup
Menyinari hati yang rindu

Langit bertasbih, bumi bergetar
Mengiringi maulid sang kekasih
Dengan cinta yang tak pernah pudar
Menggapai ridho yang penuh kasih

Engkaulah cahaya yang menyala
Di setiap nafas umat yang setia
Menghidupkan jiwa dengan sabda
Menuntun hati menuju cinta-Nya

Ya Rasulullah, di maulidmu kami bersujud
Menghaturkan shalawat dan syukur
Di bawah naungan rahmat-Mu
Semoga kita selalu dalam lindungan nur.


Puisi berjudul "Cahaya Maulid Nabi Muhammad SAW" memiliki beberapa makna dan pesan yang tersembunyi dalam setiap baitnya. Berikut penjelasan dari isi puisi tersebut:

  1. Bait Pertama:

    • "Dalam gemuruh angin malam / Tersiar cahaya tanpa kelam / Pada hari yang penuh salam / Terlahir insan dengan akhlak dalam"
    • Bait ini menggambarkan suasana kelahiran Nabi Muhammad SAW, yang diyakini membawa cahaya (nur) ke dunia. Angin malam dan kegelapan mewakili kondisi dunia sebelum kelahirannya, yang dipenuhi kebodohan dan kezaliman. Ketika Nabi Muhammad lahir, ia membawa terang, simbol dari akhlak mulia dan petunjuk yang menghapus kegelapan.
  2. Bait Kedua:

    • "Wahai Rasul pembawa petunjuk, / Dalam naungan kasih yang syahdu / Cahayamu tak pernah redup / Menyinari hati yang rindu"
    • Bait ini berbicara tentang peran Nabi Muhammad sebagai pembawa petunjuk (hudan). Kasihnya yang mendalam tak hanya dirasakan pada masanya, tapi terus dikenang hingga kini. Cahayanya yang berupa ajaran Islam terus menyinari hati umat yang merindukan bimbingannya, menggambarkan bahwa ajarannya abadi.
  3. Bait Ketiga:

    • "Langit bertasbih, bumi bergetar / Mengiringi maulid sang kekasih / Dengan cinta yang tak pernah pudar / Menggapai ridho yang penuh kasih"
    • Bait ini mengilustrasikan bagaimana alam semesta ikut memuliakan kelahiran Nabi. Langit bertasbih dan bumi bergetar menunjukkan bahwa bukan hanya manusia, tetapi seluruh alam semesta menghormati beliau sebagai kekasih Allah. Kecintaan kepada Nabi diungkapkan sebagai usaha menggapai ridho Allah melalui penghormatan pada hari maulidnya.
  4. Bait Keempat:

    • "Engkaulah cahaya yang menyala / Di setiap nafas umat yang setia / Menghidupkan jiwa dengan sabda / Menuntun hati menuju cinta-Nya"
    • Di sini, Nabi Muhammad digambarkan sebagai sumber cahaya yang menerangi kehidupan umat Islam. Ajarannya (sabda) bukan hanya teori, tetapi sesuatu yang menghidupkan jiwa dan membawa umat kepada cinta kepada Allah. Ini mencerminkan pentingnya mengikuti jejaknya untuk mencapai kebahagiaan spiritual.
  5. Bait Kelima:

    • "Ya Rasulullah, di maulidmu kami bersujud / Menghaturkan shalawat dan syukur / Di bawah naungan rahmat-Mu / Semoga kita selalu dalam lindungan nur."
    • Bait terakhir merupakan doa dan penghormatan kepada Nabi. Di momen peringatan Maulid Nabi, umat Islam mempersembahkan shalawat (doa pujian) dan syukur atas kehadiran Nabi. Harapannya, dengan memperingati Maulid dan mengikuti ajarannya, mereka senantiasa berada dalam rahmat dan cahaya (nur) Allah.

Secara keseluruhan, puisi ini menggambarkan keagungan kelahiran Nabi Muhammad SAW, perannya sebagai pembawa petunjuk dan kasih sayang bagi umat, serta pentingnya kecintaan kepada beliau sebagai jalan untuk mencapai ridho Allah.

Tidak ada komentar untuk "Cahaya Maulid Nabi Muhammad SAW"