Puisi: "Untuk Ibu, Pelita Tanpa Padam"
Puisi: "Untuk Ibu, Pelita Tanpa Padam"
Di bawah langit yang merona pagi,
Ada doa-doa yang tak pernah berhenti,
Dari bibir yang lirih, tanpa pamrih,
Ibu, namamu terpatri di setiap detak perih.
Bukan perhiasan, bukan mahkota,
Tapi senyummu adalah harta yang tiada dua,
Tangannya kasar, namun penuh kehangatan,
Dipeluknya dunia, meski tubuhnya menggigil sendirian.
Ibu, kau tak pernah meminta tanda jasa,
Hanya berharap anak-anakmu berbuah bahagia,
Lelahmu tak tercatat dalam sejarah,
Namun namamu harum di surga yang indah.
22 Desember, sehari mengenangmu,
Tapi bagiku, setiap detik adalah rinduku,
Takkan cukup puisi, takkan cukup kata,
Untuk membalas lautan cinta yang kau cipta.
Ibu, pelita di tengah gulita,
Cahayamu tak pernah sirna,
Meski waktu menggerogoti tubuh renta,
Cintamu tetap abadi, selamanya.
Terima kasih, Ibu, atas segalanya,
Doamu adalah tameng dalam setiap langkahku,
Di ujung malam, aku bersujud,
Memohon kepada-Nya, semoga surga adalah tempat kembalimu.
Selamat Hari Ibu, 22 Desember.
Untuk semua ibu di dunia, cinta kalian tak terukur oleh masa.
Tidak ada komentar untuk "Puisi: "Untuk Ibu, Pelita Tanpa Padam""
Posting Komentar